Senin, 23 April 2012
Selasa, 27 Maret 2012
Maafin aQ, IBU......
Maafin aq Ibu, aku telah mengecewakanmu………..
Aku belum bisa membuat engkau bangga dan
bahagia…..,
Maafin aku krna aku slalu menentangmu……
Maafin aku, aku belum bisa membalas kebaikan,
kasih sayang dan perhatian yang engkau berikan pada ku selama ini, sungguh aku
tidak berniat membantah perintah mu, namun aku hanya ingin memilih pasanganku
sendiri, aku ingin mendapatkan yang terbaik dari yang baik, maafin anakmu yang
telah mengecewakanmu, maafin anakmu yang hanya bisa mmbuat engkau menangis,
maafin anakmu yang hina ini, maafin aku……………………………………
Ibu………..
Sungguh engkau wanita yang sangat mulia,
engkaulah yang mmbimbingku selama ini,
Aku sungguh beruntung bisa memiliki ibu
sepertimu, aku bahagia bisa jadi anakmu…..
Namun, aku sungguh durhaka kepadamu, aku belum bisa
membahagiakanmu
Aku hanya bias membuat mu kecewa, apa yang
harus aku lakukan agar aku bisa menghapus rasa kecewa mu itu, tapi aku mohon
jangan minta aku untuk meninggalkan orang yang aku sayang,
Katakanlah, aku harus berbuat apa selain
melakukan itu………
Ibu…….
Sungguh aku tidak ingin melihat air mata keluar
dari matamu yang indah itu,
Aku hanya ingin melihat senyum manis terukir
dari bibir merahmu…..
Tersenyumlah selalu untuk anak-anakmu……..
Berikanlah kami senyuman terindahmu ibu…………….
Senin, 26 Maret 2012
Autentika Al-Qur'an
KATA PENGANTAR
بِسْمِ
اللَّهِ الَّر حْمَنِ الَّر حِيْمِ
Segala puji
dan puncak kekaguman serta keagungan hanya semata tertuju kepada Allah swt.
shalawat dan salam semoga tercurah kepada manusia pilihan pembawa kebenaran
Muhammad saw.
Dengan pertolongan dan
hidayah-Nya kami bisa menyelasaikan makalah yang berjudul “Autentika
Al-Qur’an. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas ulumul Qur’an dan Hadits.
Namun, disadari sepenuhnya bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami harap kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan tulisan kami selanjutnya.
Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penulis dan pembaca pada umumnya.
Mudah-mudahan
upaya ini senantiasa dalam bimbingan dan ridha Allah swt. Amin ya Rabbal Alamin.
Sangkapura, 28 Pebruari 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
I.
Kata Pengantar …………………………………… i
II.
Daftar Isi …………………………………… ii
III.
BAB I Pendahuluan …………………………………… 1
IV.
BAB II Pembahasan …………………………………… 2
a.
Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa
Nabi SAW …………… 2
b.
Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu
Bakar …………… 3
c.
Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman
bin Affan……….. 5
d.
Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kitab
Al-Qur’an…………….. 6
V.
BAB III Penutup …………………………………... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
Kitab suci adalah fondasi sebuah agama, diamana
argument dan keTuhanan misalnya dibangun dari situ. Alhasil bila kitab sucinya
palsu, maka segala argument yang dibangun darinya adalah invalid, tidak
layak diamalkan. Seperti membangun di atas puing, maka hanya sampahlah yang
dapat dibangun di atasnya.
Al-Qur’an dimaksudkan bukan sekedar sebagai kitab
untuk mencari informasi belaka, tapi juga sebagai bacaan yang dihujamkan ke
hati untuk mendapat efek spiritual tertentu.
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas
tentang keautentikan Al-Qur’an yang di dalamnya meliputi:
1. Pemeliharaan
Al-Qur’an pada masa Nabi SAW
2. Pengumpulan
Al-Qur’an pada masa Abu Bakar
3. Penulisan
Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan
4. Bahasa
Arab sebagai Bahasa Kitab Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Nabi
Pada permulaan islam, bangsa
Arab adalah satu bangsa yang buta huruf, amat sedikit diantara mereka yang
pandai menulis dan membaca. Bangsa Arab masih belum mengenal kertas seperti
sekarang ini. Jadi bagi mereka yang dapat menulis dan membaca, biasanya
menuliskannya pada benda apa saja yang bisa ditulisi.
Walaupun bangsa Arab pada waktu
itu masih buta huruf, tapi mereka mempunyai ingatan yang sangat kuat. Pegangan
mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari pujangga,
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan lain sebagainya adalah dengan hafalan
semata. Karena hal inilah Nabi mengambil
suatu cara praktis yang selaras dengan keadaan itu dalam menyiarkan dan
memelihara Al-Qur’anul Karim. Setiap ayat yang diturunkan, Nabi menyururh
menghafalnya, dan menuliskannya di batu, kulit binatang, pelepah kurma dan apa
saja yang bisa ditulisi. Selain Al-Qur’an, Hadits atau pelajarn-pelajaran yang
mereka dengar dari Nabi dilarang untuk dituliskan. Larangan itu dimaksudkan
agar Al-Qur’an itu terpelihara, dan tidak tercampur aduk dengan yang lain-lain
yang juga di dengar dari Nabi.
Nabi menganjurkan agar Al-Qur’an
dihafal, selalu dibaca dan diwajibkan untuk dibaca ketika sedang melakukan
shalat. Dengan demikian, banyaklah orang yang hafal Al-Qur’an. Selain itu,
tidak ada satu ayatpun yang tidak dituliskan. Kepandaian menulis dan membaca
itu amat dihargai dan Nabi sangat gembira, beliau berkata: “di Akihrat nanti,
tinta para ulama-ulama itu akan ditimbang dengan darah syuhada”
Pada perang Badar, orang-orang
musyrikin yang ditawan oleh Nabi dan tidak dapat menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai
menulis dan membaca, masing-masing diharuskan mengajar sepuluh orang muslim
untuk menulis dan membaca sebagi ganti tebusan. Karena itulah, bertambahlah
keinginan untuk belajar menulis dan membaca, dan bertambah banyaklah mereka
yang pandai menulis dan membaca, dan mulai banyaklah yang menuliskan ayat-ayat
yang diturunkan. Nabi sendiri mempunyai beberapa juru tulis yang bertugas
menuliskan Al-Qur’an untuk beliau. Diantaranya Ali bin Abi Thalib, Utsman bin
Affan, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Muawiyah.
Dengan
demikian terdapat 3 unsur yang dapat memelihara AL-Qur’an yang telah
diturunkan:
1.
Hafalan
dari mereka yang hafal Al-Qur’an
2.
Naskah-naskah
yang ditulis Nabi
3.
Naskah-naskah
yang ditulis mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.
Selain itu sekali dalam setahun, Jibril
mengadakan ulangan (repetisi). Pada waktu itu Nabi diperintah untuk mengulang
memperdengarkan Al-Qur’an yang telah diturunkan. Di tahun beliau wafat, ulangan
tersebut oleh Jibril diulang sebanyak dua kali.
Nabi sendiripun sering mengadakan ulangan terhadap sahabat-sahabatnya di
depan beliau untuk menetapkan atau membetulkan hafalan atau bacaan mereka.
Ketika Nabi wafat, Al-Qur’an tersebut telah sempurna diturunkan dan dihafal
oleh ribuan manusia, dan telah dituliskan semua ayat-ayatnya. Semua ayatnya
telah disusun dengan tertib menurut urutan yang ditujikan sendiri oleh Nabi.
Mereka telah mendengar Al-Qur’an itu dari Nabi sendiri berkali-kali dalam
shalat, khutbah dan pelajaran-pelajaran lainnya. Pendek kata Al-Qur’an tersebut
telah terjaga dengan baik, dan Nabi telah menjalani suatu cara yang sangat
praktis untuk memelihara dan menyiarkan Al-Qur’an itu sesuai dengan keadaan
bangsa Arab waktu itu. Suatu hal yang menarik perhatian, ialah Nabi baru wafat
dikala Al-Qur’an itu telah cukup diturunkan, dan Al-Qur’an itu sempurna
diturunkan di waktu Nabi telah mendekati masanya untuk kembali ke hadirat Allah
SWT. Hal ini bukan suatu kebetulan saja, tapi telah diatur oleh yang maha esa.
B. Pengumpulan
atau Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar
Setelah Rasulullah wafat,
sahabat Anshar maupun Muhajirin sepakat mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah.
Pada awal masa pemerintahannya banyak orang-orang islam yang belum kuat
imannya. Teutama di Nejed dan Yaman, banyak yang menjadi murtad, menolak
membayar zakat, dan ada pula yang mengaku dirinya sebagai nabi. Hal ini
dihadapi oleh Abu Bakar dengan tegas, sehingga ia berkata “ Demi Allah! Kalu
mereka menolak untuk menyerahkan seekor anak kambing sebagai zakat (seperti
apa) yang pernah mereka serahkan kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi
mereka”.
Maka terjadilah peperangan yang
hebat untuk menumpas orang-orang murtad dan pengikut Nabi palsu tersebut.
Diantara peperangan yang terkenal adalah peperangan Yamamah. Tentara islam yang
ikut banyak banyak dari para sahabat yang menghafal Al-Qur’an. Dalam peperangan
ini telah gugur 70 orang penghafal Al-Qur’an. Bahkan sebelumnya telah pula
gugur hampir sebanyak itu penghafal Al-Qur’an lainnya. Dengan meninggalnya
sebagian sahabat yang hafal Al-Qur’an, berarti akan semakin berkuranglah nara
sumber. Khawatir akan hal tersebut Umar bin Khattab lalu membicarakannya dengan
Khalifah Abu Bakar. Maka terjadilah dialog sebagai berikut:
Umar berkata kepada Abu
bakar: “Dalam peperangan Yamamah para sahabat yang hafal AL-Qur’an telah banyak
yang gugur. Saya khawatir akan gugurnya para sahabat yang lain dalam peperangan
selanjutnya, sehingga ayat-ayat Al-Qur’an itu perlu dikumpulkan.
Abu Bakar menjawab:
“Mengapa kau akan melakukan sesuatu yang tidak diperbuat oleh Rasulullah?”
Umar menegaskan : “Demi
Allah. Ini adalah perbuatan yang baik”
Dan ia berulang kali
memberikan alasan-alasan kebaikan pengumpulan Al-Qur’an ini,sehingga Allah membukakan hati Abu bakar untuk
menerima pendapat umar tersebut.
Kemudian Abu bakar memanggil Zaid bin
Tsabit dan berkata kepadanya: “Umar mengajakku mengumpulkan AL-Qur’an”. Lalu
diceritakannya segala pembicaraan yang
terjadi antara dia dan Umar.
Kemudian Abu Bakar
berkata: “engkau adalah seorang pemuda yang cerdas yang kupercayai sepenuhnya. Dan engkau adalah seorang penulis
wahyu yang selalu disuruh oleh Rasulullah. Oleh karena itu , maka
kumpulkanlah ayat-ayat Al-Qur’an”.
Zaid menjawab:”Demi Allah. Ini adalah pekerjaan yang berat
bagiku.
Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan sebuah
bukit, maka hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengumpulkan Al-Qur’an
yang engkau perintahkan itu”.
Dan ia berkata selanjutnya
kepada Abu bakar dan Umar. “Mengapa kalian melakukan sesuatu yang tidak
diperbuat oleh Nabi Muhammad?”
Abubakar menjawab:”Demi
Allah.Ini adalah perbuatan yang baik”.
Ia lalu meberikan
alasan-alasan kebaikan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu, sehingga
membukakan hati Zaid.
Kemudian ia mengumpulkan
ayat-ayat Al-Qur’an dari daun, pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta
atau kambing, dan dari sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an.
Dalam
usaha mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat teliti.
Sekalipun beliau hafal Al-Qur’an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan
pengumpulan Al-Qur’an yang sangat penting bagi umat islam itu, masih memandang
perlu mencocokkan hafalan atau catatan sahabat-sahabat yang lain dengan
disaksikan oleh dua orang saksi.
Dengan demikian Al-Qur’an
seluruhnya telah ditulis oleh Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran yang
diikat dengan benar, tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana yang
telah ditetapkan oleh Rasulullah, kemudian diserahkan kepada Abu Bakar. Mushaf
ini tetap di tangan Abu Bakar sampai beliau wafat, kemudian dipindahkan ke
rumah Umar bin Khattab dan tetap di sana selama pemerintahannya. Setelah beliau
wafat, Mushaf itu dipindahkan ke rumah Hafsah, puteri Umar, istri Rasulullah
sampai masa pengumpulan dan penyusunan Al-Qur’an di masa Khalifah Utsman.
C. Penulisan
Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan
Latar belakang pengumpulan
Al-Qur’an di masa Utsman r.a adalah karena beberapa faktor lain yang berbeda
dengan faktor yang ada pada masa Abu Bakar. Daerah kekuasaan islam pada masa
Utsman telah meluas, orang-orang islam telah terpencar di berbagai daerah dan
kota. Di setiap daerah telah populer bacaan sahabat yang mengajar mereka.
Penduduk Syam membaca Al-Qur’an
mengikuti bacaan Ubay ibnu Ka’ab, penduduk Kufah mengikuti bacaan Abdullah bin
Mas’ud, dan sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa al-Asy’ari. Di antara
mereka terdapat perbedaan tentang bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalah ini
membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan dalam kalangan kaum
muslimin.
Orang yang pertama memperhatikan
hal ini adalah Huzaifah bin Yaman. Ketika beliau ikut dalam pertempuran
menaklukkan Armenia di Azerbaiyan, dalam perjalanan dia pernah mendengar
pertikaian kaum muslimin tentang bacaan beberapa ayat Al-Qur’an. Lalu beliau
menceritakannya kepada Utsman bin Affan tentang apa yang dlihatnya mengenai
pertikaian kaum Muslimin tentang bacaan Al-Qur’an.
Maka Khalifah Utsman bin Affan
meminta Hafsah binti Umar lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ditulis di masa
Khalifah Abu Bakar yang disimpan olehnya untuk disalin.
Oleh
Utsman dibentuklah satu panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit sebagai
ketua, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘Ash dan Abdur Rahman Ibnu Hisyam.
Tugas
panitia ini adalah membukukan Al-Qur’an dengan menyalin dari lembaran-lembaran
tersebut menjadi buku.
Dalam
pelaksanaan tugas ini, Utsman menasehatkan agar: Mengambil pedoman kepada
bacaan mereka yang hafal Al-Qur’an. Bila ada pertikaian antara mereka tentang
bahasa (bacaan), maka haruslah dituliskan menurut dialek suku Quraisy, sebab
Al-Qur’an itu diturunkan menurut dialek mereka. Maka tugas tersebut dikerjakan
oleh panitia, dan setelah tugas selesai, maka lembaran-lembaran Al-Qur’an yang
dipinjam dari Hafsah itu dikembalikan kepadanya. al_-Qur’an yang telah
dibukukan itu dinamai dengan “Al-Mushaf”. Oleh panitia ditulis lima buah Al-Mushaf,
empat buah diantaranya dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kufah, agar di
tempat-tempat tersebut disalin pula dri masing-masing Mushaf itu, dan satu buah
ditinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri, dan itulah yang dinamai dengan
“Mushaf Al-Imam”
Setelah itu Utsman memerintahkan
mengumpulkan semua lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur’an yang ditulis
sebelum itu dan membakarnya. Dari Mushaf
yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum Muslimin di seluruh pelosok menyalin
Al-Qur’an itu.
Dengan
demikian, maka pembukuan Al-Qur’an di masa Utsman memiliki faedah diantaranya:
1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu
macam Mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, walaupun masih
ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan
Mushaf-mushaf Utsman.
3. Menyatukan tertib susunan
surat-surat, menurut tertib urut tertib seperti pada Mushaf-mushaf sekarang.
Perbedaan antara Mushaf Abu Bakar
dan Mushaf Utsman
Perbedaan antara pengumpulan
(mushaf) Abu Bakar dan Utsman sebagaimana dikemukakan di atas dapat diketahui
sebagai berikut:
1.
Pengumpulan
mushaf pada masa Abu Bakar adalah bentuk pemindahan dan penulisan AL-Qur’an ke
dalam satu mushaf yang ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang
terkempul pada kepingan-kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-kulit
binatang. latar belakangnya karena
banyaknya huffazh yang gugur
2. Pengumpulan mushaf pada masa Utsman
adalah menyalin kembali yang telah tersusun pada masa Abu Bakar, dengan tujuan
untuk dikirimkan ke seluruh Negara islam. Latar belakangnya adalah disebabkan
karena adanya perbedaan dalam hal membaca Al-Qur’an.
D. Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kitab Al-Qur’an
Bahasa Arab memang sebuah bahasa
yang istimewa. Sehingga Allah SWT berkenan berbicara kepada umat manusia dengan
bahasa Arab lewat Al-Qur’an Al-Karim. Padahal Al-Qur’an itu bukan hanya
ditujukan kepada bangsa Arab saja, melainkan untuk seluruh umat manusia
sepanjang zaman.
Allah SWT bukan tidak tahu bahwa
manusia itu memiliki ribuan jenis bahasa yang saling berbeda. Namun Dia telah
menetapkan bahwa ada satu bahasa yang digunakannya untuk memberi petunjuk buat
milyaran umat manusia, yaitu bahasa Arab.
Sebelum diutusnya Nabi Muhammad
SAW, memang Allah SWT berbicara kepada umat manusia dengan menggunakan bahasa
masing-masing. Dan Allah SWT mengutus para Nabi dari keturunan masing-masing
bangsa dan bahasa itu. Sebagaimana firman-Nya: Kami tidak mengutus seorang
rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapt memberi penjelasan
dengan terang kepada mereka. (QS. Ibrahim:4)
Namun khusus bagi Nabi yang
terakhir, Allah SWT telah menetapkan kebijakan tersendiri.
Pertama : Nabi terakhir itu benar-benar Nabi yang
diutus untuk terakhir kalinya.
Kedua : Nabi itu hanya
memiliki satu bahasa dan tentunya kitab suci yang diturunkan pun hanya satu
bahasa saja. Dan bahasa yang dipilih adalah bahasa Arab.
Kemudian Allah SWT pun telah
menetapkan bahwa cara manusia berkomunikasi dengan-Nya lewat ibadah shalat pun
dengan menggunakan bahasa Arab. Shalat itu menjadi tidak sah ketika tidak
menggunakan bahasa Arab. Karena Allah telah menetapkan bahwa shalat kepada-Nya
hanya boleh menggunakan bahasa Arab saja.
Lantas ketika agama islam
disiarkan ke seluruh penjuru dunia, para sahabat, tabi’en dan generasi
selanjutnya pun tetap konsekuen menggunakan bahasa Arab. Al-Qur’an Al-Karim pun
tidak pernah diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Kalaupun suatu ketika
diterjemahkan, maka terjemahannya itu tidak dianggap sebagai Al-Qur’an yang
suci. Bahkan kitab-kitab yang ditulis para ulama di seluruh penjuru dunia tetap
menggunakan bahasa Arab. Meski ulama itu bukan keturunan Arab dan tidak lahir
di negeri Arab.
Tentunya ada alasan kuat mengapa
bahasa Arab dipilih Allah SWT untuk dijadikan bahasa komunikasi antara langit
dan bumi. Para pakar bahasa Arab sering kali menyebutkan diantara keistimewaan
itu antara lain:
1. Bahasa
Arab adalah Induk Dari Semua Bahasa Manusia
Analisa yang
digunakan adalah bahwa sejak manusia pertama, Nabi Adam as, menjejakkan kaki di
atas bumi, beliau sudah pandai berbicara. Dan karena sebelumnya beliau adalah
penduduk surga, dimana ada keterangan bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa
Arab, maka otomatis bahasa yang digunakan Nabi Adam as adalah bahasa Arab. Dan
tentunya keturunan Nabi Adam as itu pun menggunakan bahasa Arab. Meskipun
setelah itu jumlah mereka bertambah banyak dan tersebar ke berbagai benua,
menjadi jutaan bahasa yang saling berbeda.
2. Bahasa
Arab adalah Bahasa Tertua dan Abadi
Bahasa
Inggris sekarang ini boleh saja dikatakan paling populer di dunia, akan tetapi
tidak ada bahasa yang bisa bertahan lama di muka bumi selain bahasa Arab. Sebab
sejarah membuktikan bahwa sejak zaman Ibrahim as, mereka tercatat sudah
menggunakan bahasa Arab. Itu berarti bahasa Arab palingtidak sudah digunakan
oleh umat manusia sejak 40 abad yang lalu, atau 40.000 tahun. Bahkan analisa
yang lebih jauh lagi menunjukkan bahwa bahasa Arab telah berusia lebih tua
lagi. Karena bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Allah SWT untuk berfirman
dalam Al-Qur’an. Sementara Al-Qur’an sudah ada di sisi Allah SWT jauh sebelum
awal mula diturunkan di masa Rasululullah SAW. dan Allah SWt menjamin bahwa
Al-Qur’an itu tidak akan lenyap hingga hari kiamat.
3. Bahasa
Arab adalah Bahasa Yang Paling Banyak Diserap
Serapan dari
bahasa Arab nyaris terdapat di hampir semua bahasa yang ada saat ini. Nyaris
bahasa-bahasa yang kita kenal saat ini, telah banyak menyerap kosa kata dan
istilah dari bahasa Arab. Salah satunya adalah bahasa inggris dan tentunya
bahasa Indonesia. Bahkan bahasa ilmiyah di dunia sains pun tidak lepas dari
pengaruh serapan kata dari bahasa Arab. Istilah alkohol, aljabar, algoritme dan
lainnya adalah bagian dari bahasa Arab.
4. Bahasa
Arab memiliki Jumlah Perbendaharaan Kata Yang Paling Banyak
Salah satu
keistimewaan bahasa Arab lainnya adalah kekayaan dalam jumlah perbendaharaan
kata. Mungkin karena usianya yang sudah tua namun masih digunakan hingga hari
ini, sehingga perbendaharaan kata di dalam bahasa Arab menjadi sangat besar.
Sebagai contoh, salah satu peneliti bahasa Arab mengemukakan bahwa orang orang
Arab punya 80 sinonim untuk kata yang bermakna unta. Dan punya 200 sinonim
untuk kata yang bermakna anjing
BAB III
PENUTUP
A.
Pemeliharaan Al-Qur’an Pada Masa
Nabi SAW.
Terdapat
3 unsur yang dapat memelihara Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW, yaitu:
1.
Hafalan
dari mereka yang hafal Al-Qur’an
2.
Naskah-naskah
yang ditulis oleh Nabi
3.
Naskah-naskah
yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka
masing-masing.
B.
Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu
Bakar
Pengumpulan mushaf pada masa Abu
Bakar adalah bentuk pemindahan dan penulisan AL-Qur’an ke dalam satu mushaf
yang ayat-ayatnya sudah tersusun, berasal dari tulisan yang terkempul pada
kepingan-kepingan batu, pelepah kurma dan kulit-kulit binatang. Adapun latar belakangnya karena banyaknya
huffazh yang gugur.
C.
Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman
bin Affan
Penulisan
mushaf pada masa Utsman adalah menyalin kembali yang telah tersusun pada masa
Abu Bakar, dengan tujuan untuk dikirimkan ke seluruh Negara islam. Latar
belakangnya adalah disebabkan karena adanya perbedaan dalam hal membaca
Al-Qur’an.
Adapun
faedah Pembukuan Al-Qur’an di Masa Utsman diantaranya:
1. Menyatukan
kaum Muslimin pada satu macam Mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan
bacaan, walaupun masih ada kelainan bacaan, tapi bacaan itu tidak berlawanan
dengan ejaan Mushaf-mushaf Utsman.
3. Menyatukan tertib susunan
surat-surat, menurut tertib urut tertib seperti pada Mushaf-mushaf sekarang.
D.
Bahasa Arab Sebagai Bahasa Kitab
Al-Qur’an
Keistimewaan
bahasa Arab Sebagai Bahasa Kitab Al-Qur’an
1.
Bahasa
Arab adalah induk dari semua bahasa manusia
2.
Bahasa
Arab adalah bahasa tertua dan abadi
3.
Bahasa
Arab adalah bahasa yang paing banyak diserap
4.
Bahasa
Arab memiliki jumlah perbendaharaan kata yang paling banyak
Kata Hati
Bila hati sudah berkata
tidak ada satupun yang benar kecuali kta-nya
aku bukan seorang yang pandai untuk merangkai kata
tapi aku hanya mengikuti kata hati
untuk melakukan dan menulis kan kata
entah apa yang aku pikirkan
aku pun tak dapat menebak nya
aku hanya menyalurkannya dalam sebentuk tulisan
tidak ada satupun yang benar kecuali kta-nya
aku bukan seorang yang pandai untuk merangkai kata
tapi aku hanya mengikuti kata hati
untuk melakukan dan menulis kan kata
entah apa yang aku pikirkan
aku pun tak dapat menebak nya
aku hanya menyalurkannya dalam sebentuk tulisan
Langganan:
Postingan (Atom)